Membangun Pola Pikir Sehat dengan Pangan Fungsional
“Let your food be your medicine,
Let your medicine be your food”
Setidaknya
kalimat itulah yang membuat saya tergugah ingin menulis sebuah artikel
bertemakan pangan fungsional (Functional
Food). Kalimat yang tercetus dari manusia visioner yang dianggap sebagai bapak
kedokteran yang hidup jauh sebelum Masehi. Dialah HippoKrates, seorang
dokter asal Yunani kuno yang telah memberikan banyak sekali gagasan- gagasan
hebat terkait ilmu kedokteran sehingga dia dinobatkan sebagai The
Father of Western Medicine.
Beliau
sangat menganjurkan setiap manusia mengkonsumsi makanan yang bisa menjadi
sebuah obat pencegah penyakit. Bahkan jauh sebelum pangan fungsional menjadi
tren didunia, kalimat yang dicetuskan HippoKrates sudah menjadi wejangan luar biasa sebagai pegangan
dalam mengkonsumsi makanan yang aman dan sehat.
Perkembangan
zaman yang sangat pesat pastinya dibarengi
dengan perkembangan otak dan cara berpikir manusia yang lebih realistis,
sehingga gagasan- gagasan hebat pun muncul dengan sendirinya. Dalam hal ini
dunia pangan pun juga ikut berperan untuk membangun dan menciptakan manusia-
manusia yang hebat dan kuat.
Apa
artinya sebuah kata “Hebat” dan “Kuat” jika banyak penyakit menghambat
produktivitas manusia. Studi tentang pangan mempunyai relevansi yang sangat
erat dengan Studi kesehatan, karena apapun yang kita makan bisa menentukan
kesehatan kita.
Dari
banyaknya masalah tentang kesehatan yang muncul akhirnya dunia pangan
mengeluarkan sebuah gagasan hebat yang diberi nama pangan fungsional.
Sebenarnya apa sih pangan fungsional
itu? Fungsinya seperti apa? Apakah pangan fungsional sangat mendukung
perkembangan peradapan manusia?
Untuk
memahami pangan fungsional itu sendiri, saya akan mengajak kalian untuk kembali
ke abad-20, dimana istilah pangan fungsional pertama kali digunakan pada tahun
1980 di negara jepang dengan istilah
Foods
for Spesified of Health Use (FOSHU). Dari situ istilah pangan fungsional mulai dikenal
dan dipelajari lebih lanjut terutama di Indonesia, bahkan pangan fungsional
juga menjadi sebuah mata kuliah yang bisa dipelajari di Jurusan food tech.
Menurut
BPOM pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah diproses
yang mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian- kajian ilmiah
dianggap mempunyai fungsi- fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi
kesehatan. Pangan fungsional merupakan pangan yang dapat dikonsumsi sebagai
menu/ diet yang memenuhi standar mutu. Pangan fungsional harus mengandung
senyawa- senyawa bioaktif seperti serat pangan, vitamin, mineral dan lain
sebagainya yang dapat mencegah suatu penyakit tertentu.
Di
era yang serba maju ini, manusia cenderung menyukai hal- hal yang sifatnya
praktis terutama dalam hal memilih makanan. Banyaknya industri- industri
makanan yang bermunculan dengan inovasi- inovasi baru untuk memberikan sebuah
variasi rasa dan porsi besar kepada konsumen sehingga konsumen berbondong- bondong
membeli makanan tersebut, meskipun sebenarnya tidak ada manfaat kesehatan yang
didapat dari makanan tersebut. Dari kasus diatas kita bisa melihat orang- orang
telah menghilangkan esensi- esensi yang lebih penting dari makanan selain hanya
sebatas memberikan rasa dan kekenyangan. Padahal esensi yang lebih penting dari
sebuah makanan adalah fungsi kesehatan itu sendiri.
Oleh
karena itu pemahaman mengenai pangan fungsional harus terus digembor- gemborkan untuk memberikan
konsepsi- konsepsi baru dan membangun sebuah mindset positif mengenai fungsi kesehatan dari makanan. Makanan
yang sehat bukan hanya dilihat dari banyaknya kandungan gizi yang tersedia
didalam pangan tersebut, faktor kebersihan makanan pun menjadi hal pokok yang
harus terus diperhatikan.
Setiap
negara memiliki konsepsi masing- masing terkait pangan fungsional. Mereka punya
batasan pengertian tersendiri sesuai dengan kebutuhan pangan fungsional untuk
warga negara. Jika dilihat dari definisi pangan fungsional di negara jepang,
akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan definisi pangan fungsional yang
ada di Indonesia.
Indonesia
merupakan salah satu negara penggiat pangan fungsional di dunia, hal ini
dibuktikan dengan adanya sebuah organisasi besar yaitu P3FNI (Perhimpunan Pengiat Pangan
Fungsional dan Nutraseutical Indonesia). P3FNI sebagai wadah untuk akademisi
guna memberikan sebuah pemahaman terkait pangan fungsional yang lebih
komprehensif. P3FNI juga sudah mengembangkan konstribusinya di kancah
Internasional bersama dengan International
Society for Nutraceutical and Functional Food (ISNFF) seperti di Korea dan
China.
Ada
banyak sekali produk pangan fungsional yang sudah diperkenalkan di Indonesia, salah
satunya adalah beras analog. Beras analog adalah tiruan beras yang berasal dari
bahan baku non- beras yang bentuk maupun komposisi gizi yang terkandung di
dalamnya mendekati atau melebihi beras (Machmur et al, 2011). Beras analog bisa dibuat dari bahan baku sumber karbohidrat
dan serelia serta umbi- umbian seperti ubi jalar (Ipomoea batatas), dan ketela pohon (Herawati dan Widowati, 2009).
Produk beras analog sering dikonsumsi untuk penderita diabetes dikarenakan
Indeks Glikemiksnya sangat rendah.
Bukan
hanya beras analog saja, produk- produk pangan fungsional yang muncul di
Indonesia bahkan di dunia sudah sangat variatif. Tetapi dunia masih membutuhkan
inovasi- inovasi pangan terutama pangan fungsional guna menunjang kehidupan
manusia yang lebih baik lagi. Maka dari itu sebagai manusia yang paham dalam
bidang pangan, kita mempunyai kewajiban dan tuntutan untuk memajukan dan mengembangkan
pangan, bukan hanya sebatas nikmat untuk dikonsumsi melainkan harus memiliki
fungsi kesehatan untuk mencegah berbagai macam penyakit degenerative. #M.Si
nice gan. mantab...
BalasHapusSiapp gan, makasihhh hehe
HapusJADIKAN AGEN KAMI MENJADI FAVORIT ANDA ,
BalasHapusAYOO BERGABUNG BERSAMA RIBUAN MEMBER KAMI YANG LAINNYA
HANYA DI HTTP :// WWW.ARENA-DOMINO.COM
BONUS ROLLINGAN TERBESAR 0,3 % SETIAP MINGGUNYA .
Untuk keterangan lebih lanjut, segera hubungi kami di: WA : [+855]964967353